Seni Menarik Kesimpulan ala Bertrand Russel

Satu waktu, saya dan beberapa teman berada di pantai yang terletak di belakang kampus. Saat sedang bersantai, salah satu teman saya — sebut saja A — tiba-tiba melihat sebelah sandal yang mengapung di permukaan laut. Tanpa berpikir panjang, dengan spontan ia menyimpulkan bahwa kemungkinan besar ada seseorang yang tenggelam.

Peristiwa ini mencerminkan kecenderungan umum kita sebagai manusia: mudah sekali menarik kesimpulan dari suatu tanda atau kejadian. Namun sayangnya, banyak dari kesimpulan tersebut dibuat secara tergesa-gesa, tanpa pertimbangan yang matang. Seiring waktu, pengalaman pun menunjukkan bahwa kesimpulan yang terkadang kita putuskan dengan terburu-buru sering kali tidak tepat dan kurang proporsional.

Selanjutnya, kesimpulan yang kurang proposional itu menunjukkan adanya indikasi sesat pikir (fallacia, atau fallacy)yaitu kekeliruan yang disebabkan oleh pengambilan kesimpulan yang tidak sahih, sehingga melanggar ketentuan-ketentuan logika atau susunan dan penggunaan bahasa serta penekanan kata yang secara sengaja atau tidak, telah menyebabkan kesimpulan atau gagasan yang tidak tepat.

Padahal, logika memiliki peran penting dalam membentuk kemampuan berpikir yang rasional , kritis, tepat, tertib serta metodis dan koheren. Logika juga berguna untuk meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak, cermat, dan objektif, selain itu juga meningkatkan kesanggupan manusia untuk mencintai kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan (Jan Hendrik Raper 2012:5)